A glass...
mata kami bertemu cukup lama. terdengar dan sangat terasa degup cepat jantungku. aku tidak tahu akan mulai dari mana...
satu persatu pertanyaan dilayangkannya seiring dengan diamku yang berlebihan. Sepertinya ada yang akan mengalir sebentar lagi. entah itu keringat atau air mata.
aku memberanikan membuka pembicaraan...
dan terlontar semua keegoisan hati yang mulai bergejolak dari masa lalu. keegoisan hati yang kekeuh mempertahankan keegoisannya. keegoisan yang seharusnya tidak aku indahkan dan membiarkannya berhenti seiring berjalannya waktu. keegoisan yang harusnya tidak kuceritakan pada siapapun. A glass is broken...
keegoisan yang berdindingkan kaca kini telah hancur dan tak bisa disatukan lagi. Senyuman hangatnya menyambut keegoisanku itu sudah cukup bagiku. Air mata telah mengalir dan entah kapan dimulainya. membuat seluruh hatiku dapat bernafas lega dan tidak terkekang lagi. Ingin aku mengutarakan semuany, tapi biarlah hanya aku yang tahu. Keegoisan yang membuatku menjadi pemberani seperti ini. keegoisan yang membuatku tegar dan kekeuh dan keedoisan pula yang membuat kaca yang selama ini menyimpan indah hati dan perasaanku hancur...
Jendelaku
Selasa, 28 Februari 2017
Jendela...
13 April 2013...
aku berjalan menyusuri koridor.
langkahku terhenti sejak melihat temanku melambaikan tangannya dari jendela belakang kelasnya.
bingung? ada apa ini? kenapa dia memanggilku? seolah aku telah menyebabkan sesuatu yang sangat fatal!
kakiku bak memakai sepatu roda karena dengan cepat aku telah berada di depan jendela tersebut.
aku penasaran dengan apa yang akan ia katakan...
'dia ada disini' katanya. Aku memutar bola mataku dan langsung tersadar bahwa yang ia bicarakan adalah kakak kelas tiang bendera. entah kenapa aku merasa jantungku terlepas pada saat sang kakak kelas menghampiri ke jendela. Aku melihatnya tepat di depanku. dengan jarak yang sangat dekat ini, air mata, darah, bahkan keringatku pun membeku.
aku sudah mantap untuk ini...
Maju... lebih baik daripada jalan di tempat!
13 April 2013...
aku berjalan menyusuri koridor.
langkahku terhenti sejak melihat temanku melambaikan tangannya dari jendela belakang kelasnya.
bingung? ada apa ini? kenapa dia memanggilku? seolah aku telah menyebabkan sesuatu yang sangat fatal!
kakiku bak memakai sepatu roda karena dengan cepat aku telah berada di depan jendela tersebut.
aku penasaran dengan apa yang akan ia katakan...
'dia ada disini' katanya. Aku memutar bola mataku dan langsung tersadar bahwa yang ia bicarakan adalah kakak kelas tiang bendera. entah kenapa aku merasa jantungku terlepas pada saat sang kakak kelas menghampiri ke jendela. Aku melihatnya tepat di depanku. dengan jarak yang sangat dekat ini, air mata, darah, bahkan keringatku pun membeku.
aku sudah mantap untuk ini...
Maju... lebih baik daripada jalan di tempat!
Judul...
1 tahun berlalu...
kini aku sudah mengenal namanya. Nama yang sangat indah yang dimana terdapat nama Nabi SAW. di dalam namanya. Bak sebuah film, judul melambangkan isi film tersebut.
kini,
disetiap doaku telah kuselipkan namanya. berharap dia selalu dalam keadaan sehat dan dilindungi Allah yang maha kuasa. Tak lagi menjadi 'kakak itu' melainkan menyebut namanya. terukir senyuman manis dibenakku saat mengingatnya. Senyuman pertama yang ia lemparkan padaku...
Senyuman untuk sang adik kelas yang sedang berbaris dilapangan.
Senyuman tulus...
bagai sebuah ukiran diatas batu, senyuamn tersebut tidak akan pernah hilang di benakku.
Senyuman memperlihatkan caninus yang menonjol keluar dan insisif central yang lebar.
Aku bersyukur pernah menikmati senyumannya.
1 tahun tak terasa...
aku tengah duduk di kelas XI SMA...
Rasa ini semakin menggebu-gebu...
sikap dan sifatnya membuatku merasa nyaman meskipun hanya sekali-kali aku melihatnya.
seorang teman kelasnya adalah temanku.
Mengagumi bukanlah hal yang salah!
1 tahun berlalu...
kini aku sudah mengenal namanya. Nama yang sangat indah yang dimana terdapat nama Nabi SAW. di dalam namanya. Bak sebuah film, judul melambangkan isi film tersebut.
kini,
disetiap doaku telah kuselipkan namanya. berharap dia selalu dalam keadaan sehat dan dilindungi Allah yang maha kuasa. Tak lagi menjadi 'kakak itu' melainkan menyebut namanya. terukir senyuman manis dibenakku saat mengingatnya. Senyuman pertama yang ia lemparkan padaku...
Senyuman untuk sang adik kelas yang sedang berbaris dilapangan.
Senyuman tulus...
bagai sebuah ukiran diatas batu, senyuamn tersebut tidak akan pernah hilang di benakku.
Senyuman memperlihatkan caninus yang menonjol keluar dan insisif central yang lebar.
Aku bersyukur pernah menikmati senyumannya.
1 tahun tak terasa...
aku tengah duduk di kelas XI SMA...
Rasa ini semakin menggebu-gebu...
sikap dan sifatnya membuatku merasa nyaman meskipun hanya sekali-kali aku melihatnya.
seorang teman kelasnya adalah temanku.
Mengagumi bukanlah hal yang salah!
Snack vs Snake ...
Embun pagi di hari Sabtu...
Aku sedang memarkir motor disaat seorang yang tak asing lewat di depanku. Mataku terus menatapnya hingga aku pun tersadar bahwa antrian panjang telah aku sebabkan di parkiran.
Pupuk yang berkualitas akan menghasilkan padi yang baik. aku berpikir bahwa, tak hanya pupuk yang di butuhkan oleh sang padi, tetapi proses yang dilakukan oleh sang petani juga merupakan hal terpenting untuk menghasilkan padi yang baik. Aku adalah sang petani dan dia adalah pupuk sedangkan padi yang baik adalah asa ku.
Padiku hampir layu bahkan tak terurus lagi...
Aku lelah berada dalam pengekangan oleh hati yang egois dan selalu ingin mencinta.
Aku sadar jika mengharapkan sesuatu yang besar, maka bersiaplah untuk menerima risiko yang besar pula.
Pengekangan yang hampir setengah tahun membebaniku dengan pikiran sia-sia tentang seorang kakak kelas yang namanya pun tak ku tahu.
Lelah! bosan! Tapi keegoisan hati meluluhlantakkan semua perasaan lelah dan bosan tersebut.
Aku malas berbeda pendapat dengan hatiku. aku bahkan harus membenci diriku saat itu. menyendiri dan tak mau melihat apa yang harus aku tinggalkan...
Padiku semakin layu...
Hatiku masih bersikukuh dengan keegoisannya, namun otakku sudah mau meninggalkan padi itu dan membiarkannya dimakan rumput liar. Salah! rumput liar tumbuh dengan sangat cepatnya. aku merasa acuh tak acuh akan hal itu...
Namun, suatu ketika aku dan hatiku datang dan membasmi semua rumput itu hingga habis tak tersisa. rasa lelah, bosan dan masa bodo adalah rumput liar. rumput yang awalnya kubiarkan tumbuh kini aku yang memusnahkannya...
Embun pagi di hari Sabtu...
Aku sedang memarkir motor disaat seorang yang tak asing lewat di depanku. Mataku terus menatapnya hingga aku pun tersadar bahwa antrian panjang telah aku sebabkan di parkiran.
Pupuk yang berkualitas akan menghasilkan padi yang baik. aku berpikir bahwa, tak hanya pupuk yang di butuhkan oleh sang padi, tetapi proses yang dilakukan oleh sang petani juga merupakan hal terpenting untuk menghasilkan padi yang baik. Aku adalah sang petani dan dia adalah pupuk sedangkan padi yang baik adalah asa ku.
Padiku hampir layu bahkan tak terurus lagi...
Aku lelah berada dalam pengekangan oleh hati yang egois dan selalu ingin mencinta.
Aku sadar jika mengharapkan sesuatu yang besar, maka bersiaplah untuk menerima risiko yang besar pula.
Pengekangan yang hampir setengah tahun membebaniku dengan pikiran sia-sia tentang seorang kakak kelas yang namanya pun tak ku tahu.
Lelah! bosan! Tapi keegoisan hati meluluhlantakkan semua perasaan lelah dan bosan tersebut.
Aku malas berbeda pendapat dengan hatiku. aku bahkan harus membenci diriku saat itu. menyendiri dan tak mau melihat apa yang harus aku tinggalkan...
Padiku semakin layu...
Hatiku masih bersikukuh dengan keegoisannya, namun otakku sudah mau meninggalkan padi itu dan membiarkannya dimakan rumput liar. Salah! rumput liar tumbuh dengan sangat cepatnya. aku merasa acuh tak acuh akan hal itu...
Namun, suatu ketika aku dan hatiku datang dan membasmi semua rumput itu hingga habis tak tersisa. rasa lelah, bosan dan masa bodo adalah rumput liar. rumput yang awalnya kubiarkan tumbuh kini aku yang memusnahkannya...
Putih abu-abu...
Sebuah tiang bendera sedikit mencuri perhatianku. Ahh tidak! bukan tiang benderanya, melainkan seorang siswa yang berdiri tepat disampingnya sambil menggendong sebuah tas ransel. Matahari yang begitu menyilaukan pun tak dapat menghalangi pandanganku pada sosok itu. Tatapan yang penuh tanda tanya, siapa dia? ada apa dengannya? kenapa dia berdiri di lapangan itu pada saat matahari ingin memanggang kepala? Hendak menyapa, namun... aku tak lain dan tak bukan hanyalah seorang siswa baru yang menjadi peserta MOS. Rasa sungkan terhadap senior membuatku tak berani melangkahkan kaki berjalan kearahnya. hanya bermodalkan mata yang dititipkan Allah SWT. padaku, aku sudah bisa mengaguminya dari jarak ratusan meter.
Tiang bendera menjadi saksi betapa mataku tak hentinya memperhatikan orang yang ada di dekatnya...
langit cerah dengan matahari yang seolah mewakili perasaanku kala itu pun ikut menatap dan mengagumi bersama...
Putih abu-abu dan tiang bendera ...
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...
ini adalah blog saya dan Insha Allah akan saya gunakan dengan baik dan bijak 😊
Salam kenal semua teman-teman readers 😊
teman-teman dapat menegur/koreksi apabila saya ada salah kata dalam penulisan 😊
Syukron katsiran
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
ini adalah blog saya dan Insha Allah akan saya gunakan dengan baik dan bijak 😊
Salam kenal semua teman-teman readers 😊
teman-teman dapat menegur/koreksi apabila saya ada salah kata dalam penulisan 😊
Syukron katsiran
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Langganan:
Postingan (Atom)